….WANITA DALAM BOTOL….
Only the movie……Create by : San BeyoL
Tentang perjalanan hidup seorang wanita yang harus menjalani kehidupan begitu berliku demi menjaga martabatnya, anaknya dan ibunya. Dia seorang wanita begitu gamang dengan segala kebutuhan yang berlimpah hingga terpuruk ketitik terendah dan menjadi seorang wanita sekaligus ibu yang begitu tabah dan tangguh….
Gemerlap kehidupan kota besar membuat diri Dina lupa akan apa artinya yang dinamakan perjuangan hidup, karena segala kebutuhan dan kenikmatan surga duniawi selalu terpenuhi.
Dina adalah anak satu-satunya putri dari pasangan pak Subroto dan ibu Mike Rahardja pengusaha sukses yang terkenal di Jakarta. Karena segala kebutuhan dan keinginan Dina terpenuhi dan materi yang berlimpah yang membuat Dina lupa diri dan semakin asik dengan kehidupan dunia malam yang bebas.
Pak Subroto tidak tahu dan dengan kehidupan yang anaknya lakukan karena semua itu Dia percaya bahwa sang istri yang diserahkan tanggungjawabnya untuk menjaga dan mengurus Dina, karena saking sayang dan cintanya segala kelakuan Dina selalu ditutup-tupi terhadap sang suami. Dina sering mengecawakan ibunya, Ia terlalu sering pulang pagi dan bahkan selalu diantar dengan cowok-cowok yang selalu berbeda-beda bahkan kuliahnya jadi berantakan.
Mirza Rahmanda adalah kekasih setia Dina, Mirza seorang eksekutif muda yang karirnya sedang menanjak disebuah perusahaan besar dan Ia pun amat teramat sayang dan mencintai Dina walaupun terkadang Dina sering mengecewakan dan menghianatinya namun Mirza tetap sabar dan mencitainya. Sudah seringkali Mirza menasehati akan segala kelakuan Dina yang sudah kelewat batas dari adat orang timur, namun Dina selalu saja mengulangi perbuatannya itu.
Hingga pada suatu hari di tempat kuliah Dina merasakan rasa lemas yang luar biasa dan rasa mual yang amat sangat dan Ia pun izin pulang diantar sama sahabatnya yaitu Vita. Hari demi hari Dina merasakan tubuhnya belum membaik dan Ibunya juga khawatir dan penyakitnya Dina maka merekapun sepakat untuk memeriksakan Dina ke rumah sakit. Disanalah penyakit yang selama ini dialami Dina terkuat, dan ia dinyatakan positif hamil. Ibunya amat shock mendengar berita tersebut dan merasa bingung harus bilang apa nanti sama suaminya. Dengan berat hati ibunya menanyakan siapa lelaki yang telah melakukan ini semua, Dinapun tak tahu karena begitu banyak lelaki yang telah menidurinya dan singgah dalam pelukannya.
Dina hanya ingin Mirzalah yang harus mengakuinya bahwa bayi yang ada dalam kandungannya adalah darah daging Mirza, walaupun Dina tahu bahwa Mirza tidak berbuat pada dirinya..tapi ia yakin bahwa Mirza akan mau menerimanya karena Mirza sangat mencintai dan menyayangi dia.
Semenjak divonis hamil kehidupannya semakin hari berubah total dari yang dulunya sering clubbing dari diskotik satu ke diskotik yang lainnya dari café ke café ataupun pesta pesta yang rutin sering diadakan sama teman-temannya tiap dua minggu sekali.
Dina pun kini menjadi cewek rumahan dan jarang sekali masuk kuliah, ia takut kehamilannya diketahui oleh ayahnya dan semenjak Dina hamil teman-temannya mulai menjauhi karena takut disalahkan dan takut akan tanggung jawab yang akan nanti dibebankan kepada dirinya dan mereka hanya menyarankan agar Dina menggugurkan kandungannya dengan alasan karena masih muda dan masih ingin hura-hura dan apa nantinya kalau ayahnya mengetahuinya.
Siang itu disebuah café Dina gelisah telah menunggu kedatangan Mirza, ia bermaksud menceritakan semuanya dan sekaligus ingin Mirza bertanggung jawab demi menutupi aib keluarganya. Seteleha Mirza datang ia pun menceritakan semuanya dan berharap Mirza mau menikahinya sekaligus mau mengakuinya bahwa bayi yang kini ia kandung adalah hasil hubungan dengan dia.
Mendengan semua itu Mirza merasa sangat kecewa sekali dan merasa sakit hati karena cintanya telah di khianati, Mirza pun ingin memberi pelajaran pada Dina bahwa ia harus menanggung resiko ini sendiri sekaligus menebus kesalahan akan segala perbuatan yang telah ia perbuat, Mirza pun pergi berlalu meningggalkan Dina yang telah kecewa dengan Mirza.
Seiring perjalanan waktu perut Dina semakin membesar dan lambat laun hal itu diketehui oleh ayahnya. Begitu marahnya mengetahui putrinya hamil dan tanpa seorang lelakipun yang mau bertanggung jawab. Semenjak itu hari-hari Dina selalu dihiasi dengan cacimaki ayahnya dan selalu sang bundalah yang selalu membelanya.
Hingga suatu hari ayah Dina terkena stroke karena memikirkan nasib putrinya, Enam bulan sudah Dina dan ibunya selalu setia merawat dan mendampingi yang sedang sakit di rumah sakit besar dan selama itupula perusahaan ayahnya terombang-ambing dan lambat laun perusahaan tersebut mengalami pailit dan terlilit hutang.
Kepada siapa lagi Dina harus mengadu kegetiran hidup yang ia dan ibunya rasakan, semuanya teman-temannya dulu kini sudah makin sulit untuk ditemui dan kinipun Mirza ke luar negeri karena tugas dari perusahaan tempat ia kerja. Hingga pada suatu hari yang memilukan ayahnya Dina menghembuskan napas terakhirnya dipelukan dia dan ibunya…
Betapa pedih dan hancurnya telah kehilangan orang yang selama ini mendampingi dan disayanginya…dan harus bagaimana nanti dia dan ibunya harus menjalani hidup ini……
Kian hari perusahaan ayahnya makin terpuruk dan meninggalkan hutang yang begitu sangat besar sampai segala harta bahkan rumahnya kesayangannya disita oleh pengadilan, semakin bertambah perjalanan waktu kandungan Dina pun makin membesar dan mendekati masa-masa untuk melahirkan, ia tidak tega melihat ibunya yang sudah tua sibuk kesana kemari untuk mengurusi hutang-hutang peninggalan almarhum ayahnya dan berusaha untuk melunasinya.
Setelah urusan hutang-piutang terselesaikan Dina dan ibunya merasa sangat bingun dan gelisah karena sudah tak memiliki harta benda lagi, berbekal perhiasan perkawinan ibunya dan peninggalan perhiasan sang nenek. Ibu Dina memutuskan untuk menjual perhiasan itu dan demi ketenangan akhirnya mereka berdua memutuskan untuk tinggal di desa yang jauh dari keramaian dan gemerlap kehidupan kota.
Di desa itu sang ibu membeli rumah yang tak bagus sangat berbeda sekali dengan rumahnya dulu yang mewah dan megah lengkap dengan segala isinya. Rumah yang kini mereka berdua tinggali bisa dikatakan gubuk yang berdidingkan bilik-bilik bambu itu terlihat tertata rapi, dengan perabot rumah yang seadanya Dina dan ibunya harus mulai beradaptasi dan dengan lahan yang tidak begitu luas mereka membuka ladang dan memananami beberapa sayur mayur yang kelak untuk bekal penyambung hidup.
Dari kejauhan Dina memandangi ibu tercinta dengan hati yang sedih..ibunya selalu giat bekerja demi kebagahagian sang putri dan demi kelahiran cucu pertamanya. Dina hanya bisa membantu karena usia kandungannya yang sebentar lagi telah tiba untuk melahirkan. Dina tak tega dan kasihan melihat sang ibu yang tak kenal lelah bekerja dan ia pun teringat masa lalunya dan kinipun ia menyesali. Ia berjanji suatu saat akan membahagiakan ibunya, tiba-tiba saja ia merasakan perutnya sakit begitu terasa dan dengan sigapnya sang ibu dibantu dengan para tetangga membawa ke puskesmas desa. Dina melahirkan bayi laki-laki betapa senang bercampur sedih dia memandang bayinya dan ibunya….
Hari demi hari terasa sangat berat hidup yang mereka harus lalui dan sang ibu lambat laun sudah mulai sering sakit-sakitan. Dina pun berpikir bahwa dia harus bekerja.
Tidak beberapalama Dina sudah bekerja disebuah pabrik garmen di desanya dan sang ibu di rumah menjaga cucu tersayang, karena sang bos yang mata keranjang dan dengan segala usaha mencoba merayu dan menjebak Dina agar jatuh dipelukannya. Dina merasa trauma dengan kejadian dan pengalaman hidupnya dimasa lalu akhirnya dengan berat hati setelah seminggu kerja dia memutuskan untuk berhenti.
Di desa tempat ia tinggal, Dina mempunyai sahabat setia yang bernama Ayu dan dengan Ayu pula Dina akhirnya mendapatkan kerja seperti Ayu yaitu menjadi tukang jamu gendong keliling kota dekat desanya dan Dina tidak peduli dengan semua itu, dia terlihat menikmati pekerjaan barunya. Hari demi hari pekerjaan itu dijalaninya berangkat pagi hari dan pulang ketika hari sudah senja. Sang ibu sangat iba sekali melihat nasib anaknya yang begitu menderita apalagi melihat sang cucu mungilnya yang harus menanggung hidup serba kekurangan.
Tiga tahun sudah tak terasa dilalui Dina menjadi seorang penjual jamu gendong dan dia merasa bahagia dengan kehidupannya sekarang. Segala cobaan hidup sudah dilaluinya dari sekedar godaan lelaki iseng sampai yang mengajaknya untuk menjadi istri atau simpanannya, namun semua itu dapat ia lalui, Dina bertekat tak mau menikah ia hanya ingin membahagiakan ibu dan anaknya serta teman seperjuangannya yaitu Ayu yang selalu mau mendengarkan curahan isi hatinya baik suka maupun duka.
Dina ingin membesarkan anaknya sendiri walaupun dia harus bekerja membanting tulang dan ia bertekad untuk menyekolahkan anaknya hingga bangku kuliah kelak, terkadang dalam lamunan Dina mengingat masa lalunya dulu saat ia bersama Mirza dia merasakan dari lubuk hati yang terdalam ia masih sangat mencintai Mirza dan dia berharap suatu hari nanti Mirza akan datang dan mengajaknya untuk menikah. Mungkin itu angan-angan yang terlalu jauh sela Ayu sambil bercanda. Pikirkanlah saja anakmu yang mungil dan tampan itu serta ibumu yang sudah tua celetuk Ayu. Mereka sering berangkat dan pulang bareng untuk jualan jamu gendong.
Dina tak tahu bahwa di Jakarta Mirza sudah menjadi pengusaha agar Dina istirahat dan menjaga kesehatannya tapi semua itu tak dihiraukannya.
Dina merasa bahagia dan bangga mempunyai sahabat karib seperti Ayu yang selalu seita menemaninya disaat dia bahagia ataupun duka, Ayupun tak segan selalu menjaga dan membantu anak dan ibunya disaat Dina sedang sakit.
Diam-diam Dina menulis surat wasiat yang ditujukan kepada Mirza yang .isinya “ mas Mirza kalau kelak kita bertemu lagi, Dina ingin sekali menebus dosa-dosa yang telah Dina lakukan kepada mas, tapi Dina rasa semua itu tak mungkin karena Dina rasakan penyakit dalam tubuh dina sudah parah dan memang sengaja Dina tak beritahukan kepada Ibu dan Ayu sahabat karib Dina, dan tolong jaga jaga anak kita dan ibu. Kalau memang mas belum mempunyai istri tolong jadikan Ayu istri mas Mirza karena Ayu adalah wanita yang terbaik selain ibu…tolong bahagiakan mereka dan sayangilah mereka seperti mas menyayangi Dina… “ dan surat itu diselipkan di bantal kesayangannya.
Esok harinya walaupun masih sakit Dina memaksakan diri untuk berjulan jamu gendong lagi walaupun dilarang sama ibu dan Ayu, Dina tetap memaksa untuk jualan.
Akhirnya dengan berat hati Ayu dan Dina bersama-sama berangkat ke kota tempat mereka biasa berjualan, hingga disuatu tempat Dina terjatuh lunglai dengan peralatan jamu yang masih melekat dipunggungnya persis disamping mobil mewah yang di parkir di Mall terbesar di kota itu. Melihat itu semua Ayu langsung berlari mendekati sahabatnya dan Ayu semakin panic dan meminta tolong kepada orang disekitar untuk membantu Dina. Orang-orang disekitarpun berlari mendekati tubuh Dina yang sudah tak berdaya dan dari hidung dan mulut dina keluar darah segar disertai keringat yang membasahi tubuh Dina. Dikejauhan seoarang pria muda dan dengan pakaian rapi yang tak lain dan tak bukan adalah Mirza yang sedang dinas kerja di luar kota keluar dari café di mall tersebut, Mirza begitu panic karena melihat banyak orang di dekat mobilnya dan dari kejauhan Mirza melihat seorang penjual jamu gendong yang menangis menyaksikan sahabatnya tak berdaya yang selalu dipeluk dipangkuannya dan tak seorang pun yang berani untuk membawa ke rumah sakit.
Karena rasa penasaran Mirza pun mendekati dan menghampiri kerumunan orang-orang tersebut dan berniat untuk membantunya, dan setelah dekat betapa kaget bercampur sedih melihat wanita yang tak berdaya itu adalah Dina…kekasih yang selama ini ia cari-cari dan selalu ia nantikan.
Dengan siga Mirza membawa Dina ke rumah sakit terbaik di kota itu ditemani Ayu yang masih merasa bingung karena lelaki itu telah mengenal Dina. Setelah dua jam dirawat instensif Dina masih belum sadarkan diri. Mirza pun ingin diceritakan perjalanan hidup kekasihnya itu kepada Ayu dan mengapa sampai Dina menjadi penjual jamu gendong dan selama empat tahun lebih Dina tak mengabari keberaadaanya kepada dirinya, dan Mirza mengenalkan dirinya dan hubungan dia dengan Dina.
Ayu mulai menceritakan perjalanan hidup Dina dari mulai Dina datang ke desanya dan dengan tegar Dina dan ibunya kerja tanpa kenal lelah demi sesuap nasi dan anak semata wayangnya..dan Ayu menceritakan pula bahwa Dina masih mencintai Mirza cinta sejatinya yang dulu pernah ia kecewakan.
Mendengar cerita perjalanan hidup dan perjuangan Dina tanpa sadar Mirza meneteskan air mata dan sesekali Mirza menatap Dina yang tergolek lunglai di tempat tidur yang belum juga sadarkan diri. Dan dengan antusias Mirza mengajak Ayu untuk menjemput Ibu dan anak Dina.
Ibu Dina sangat terkejut melihat kedatangan Mirza beserta Ayu dan sekaligus bahagia sebaliknya Mirza merasa bahagia, iba dan kasihan melihat tempat tinggal Dina dan ibunya.
Ayupun menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi pada diri Dina dan merekapun berserta anak Dina langsung berangkat ke rumah sakit. Disana mereka mereka menemukan Dina yang sudah sadarkan diri walaupun dirinya terlihat
sangat pucat dan masih merasakan rasa sakit. Dina merasa tidak percaya apa yang ada dihadapannya dan dia merasa bahagia sekali melihat Mirza telah kembali dan Dina merasa mimpinya untuk bertemu Mirza menjadi kenyataan, ditengah keheningan Dina membisikan Mirza bahwa ia telah menulis surat untuk Mirza yang telah ia simpan di bantal kesayangannya di rumah. Setelah semuanya selesai Dina mengalami batuk-batuk yang hebat disertai keluarnya darah segar dari mulut dan hidungnya..mereka semua panic dan lekas meminta pertolongan pada dokter..tapi sayang sekali nyawa Dina tak tertolong…dan diapun pergi ditengah orang-orang tercintanya……
Pada akhirnya demi menjaga dan membahagiakan serta memegang teguh amanat Dina, Mirza pun membawa pergi Ibu dan anak Mirza ke Jakarta untuk tinggal di kehidupan yang layak dan terbaik…..dan selang setelah empat puluh hari setelah kematian Dina, Mirza pun dengan ditemani keluarga besarnya dan ditemani oleh Ibu serta Anak Dina datang ke Desa tempat Ayu tinggal dan melamarnyaaaa……………….the and.
Create By :
San Beol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar